klik disini
Bagi anda yang ingin mendapatkan software-software bisa mengunjungi alamat diatas ini maka anda akan kami bawa kedunianya software-software

Jumat, 13 Mei 2011

Iwan memang berani bertutur lantang. Bahkan itu dilakukannya di zaman rezim Soeharto yang represif. Pencekalan demi pencekalan akrab menyapa sosok yang dilahirkan 3 September 1961 dengan nama lengkap Virgiawan Listanto Harsoyo dari pasangan Harsoyo dan Lies Suudijah. Ayahnya seorang kolonel. Tapi, Iwan tetap tak bergeming, tak pula merasa gentar. Dia tetap bersaksi, tetap menggurat gugat.
Iwan menuding kebobrokan dan ketidakbecusan pemerintah dalam bidang transportasi. Misalnya, tentang musibah Kapal Tampomas II di perairan Masalembo karena mendayagunakan kapal bekas pada lagu 'Celoteh Camar Tolol dan Cemar':
Tampomas sebuah kapal bekas
Tampomas terbakar di laut lepas
Tampomas penumpang terjun bebas
Tampomas beli lewat jalur culas
Juga tentang musibah kereta api yang selalu ada dalam catatan muram bangsa ini:
Aku dengar jerit dari Bintaro
Satu lagi cacat dalam sejarah
Air mata, air mata
Berdarahkah tuan yang duduk di belakang meja?
Atau cukup hanya belasungkawa?
Aku bosan
Kata dan kalimat yang digores Iwan memang lugas, gamblang, dan menohok. Mungkin hanya sosok Iwan-lah yang mampu menjewer penguasa yang duduk dalam singgasana pemerintahan. Salah satunya adalah yang tercetus dalam lagu 'Wakil Rakyat':
Wakil rakyat seharusnya merakyat
Jangan ridur waktu sidang soal rakyat.
Tapi, terkadang Iwan masih memperlihatkan sisi yang santun dengan bermetafora melalui idiom fabel seperti pada lagu 'Belalang Tua':
Kutulis syair tentang hati yang khawatir
Sebab menyaksikan akhir dari kerakusan belalang tua
Yang tak kenyang kenyang
Tak pelak lagi Iwan Fals adalah pemusik protes negeri ini seperti halnya Bob Dylan --pemusik protes Amerika-- yang ternyata adalah sosok yang digemarinya. Walaupun lagu-lagu Iwan cenderung memasuki wilayah politik, tapi toh Iwan malah menegaskan: tak ingin bermain di wilayah politik. Banyak sudah partai politik yang ingin menjamah sosok bersahaja ini sebagai ikon politik. Iwan tetap konsisten sebagai pemusik.
Iwan Fals memulai karier musiknya sebagai pengamen. Di tahun 1978 bersama Toto Gunarto dan Helmy, Iwan membentuk kelompok musik humor Amburadul yang ikut mendukung empat album musik humor yang digagas oleh Lembaga Humor Indonesia-nya Arwah Setiawan.
Memasuki tahun 1980 mulailah Iwan bersolo karier ketika diajak bergabung oleh Musica Studios dengan merilis album Sarjana Muda dengan musik yang digarap oleh Willy Soemantri. Album ini bisa dianggap sebagai cetak biru karya-karya Iwan Fals kelak. Dalam album ini Iwan menulis lagu dengan semangat gugat yang terkadang disusupi anasir humor serta lagu bertema asmara. Artinya, Iwan tak hanya mengandalkan lagu bertema protes sosial, tapi juga menampilkan sisi romantis. Sesuatu yang lumrah dan sangat manusiawi.
Neraca tema yang imbang seperti ini pada akhirnya membuat ruang geraknya menjadi lebih leluasa. Iwan Fals bisa menjangkau kalangan mana pun. Atas bisa, bawah pun bisa. Meskipun pada kenyataannya lelaki yang rambutnya telah memutih ini lebih cenderung menjadi juru bicara kaum marginal yang terpinggirkan.
Untuk lagu bertema protes, Iwan telah menghasilkan sederet repertoar yang komprehensif mulai dari 'Oemar Bakrie', 'Galang Rambu Anarki', 'Ambulance Zig Zag', 'Sugali', 'Sore Tugu Pancoran', '1910', 'Ada Lagi Yang Mati', hingga ketika bergabung dengan berbagai kelompok seperti Swami, Kantata Takwa, Dalbo, Kantata Samsara, menghasilkan lagu-lagu seperti 'Bento' atau 'Bongkar' yang seolah menjadi anthem kaum tertindas.
Namun, kesejukan toh masih berembus dari kerongkongannya lewat lagu-lagu bernuansa romantik seperti 'Yang Terlupakan', 'Mata Indah Bola Pingpong', 'Antara Kau, Aku, dan Bekas Pacarmu'. Di antaranya, Iwan malah menyanyikan lagu karya orang lain seperti 'Kemesraan' (Franky Sahilatua), 'Jangan Tutup Dirimu' (Bagoes AA), 'Kumenanti Seorang Kekasih' (Yoesyono), 'Aku Bukan Pilihan' (Pongky Jikustik), hingga 'Ijinkan Aku Menyayangimu' (Rieka Roslan).
Menikmati karya-karya Iwan Fals ibarat meniti perjalanan hidup yang sarat rona. Antara yang baik dan buruk, yang sedih dan yang bahagia, yang tragis dan komedi. Silih berganti.
Dan, dengarkan...! Iwan pun melengkapinya dengan semburat optimisme:
Indah pagi ini, nada sumbang enyahlah kau Biarkan kami
Semoga akan tetap abadi
Pagi ini, pagi esok
Esok hari, hari nanti

SUARA IWAN FALS



Menikmati karya-karya Iwan Fals ibarat meniti perjalanan hidup yang sarat rona. Antara yang baik dan buruk, yang sedih dan yang bahagia, yang tragis dan komedi. Silih berganti.

Iwan Fals ibarat berita. Kita bisa membaca, menyimak, dan mendengarkan kabar apa saja di balik lagu-lagu yang dilantunkannya. Iwan menuturkan sekaligus menggugat. Suara Iwan Fals adalah suara rakyat yang terpinggirkan. Bukan sesuatu yang hiperbolik jika suara Iwan Fals adalah refleksi zaman dari berbagai sekat dan dimensi kehidupan. Simak saja lagu tentang buruh yang terkena PHK:

Pesangon yang engkau kantongi
Tak cukup redakan gundah
Tajam pisau kepalan tangan
Antarkan kau ke pintu penjara

Kaum marginal memang merasa terwakili dengan sederet kata-kata yang dibungkus Iwan dalam melodi yang gundah, sarat amarah tapi mudah dicerna dan disenandungkan. Seorang guru pun merasa terwakili dalam sudut pandang Iwan.

Oemar Bakrie banyak ciptakan menteri
Oemar Bakrie, profesor, dokter, insinyur pun jadi
Tapi mengapa gaji guru Oemar Bakrie seperti dikebiri

Juga tentang betapa masygulnya nasib kaum papa yang dianggap sebelah mata dalam 'Ambulance Zig Zag':

Kalau diantara kita jatuh sakit
Lebih baik tak usah ke dokter
Sebab ongkos dokter disini
Terkait di awan tinggi

IWAN FALS

Iwan Fals yang bernama lengkap Virgiawan Listanto (lahir di Jakarta, 3 September 1961; umur 49 tahun) adalah seorang Penyanyi beraliran balada dan Country yang menjadi salah satu legenda hidup di Indonesia.
Lewat lagu-lagunya, ia 'memotret' suasana sosial kehidupan Indonesia di akhir tahun 1970-an hingga sekarang, serta kehidupan dunia pada umumnya, dan kehidupan itu sendiri. Kritik atas perilaku sekelompok orang (seperti Wakil Rakyat, Tante Lisa), empati bagi kelompok marginal (misalnya Siang Seberang Istana, Lonteku), atau bencana besar yang melanda Indonesia (atau kadang-kadang di luar Indonesia, seperti Ethiopia) mendominasi tema lagu-lagu yang dibawakannya. Namun demikian, Iwan Fals tidak hanya menyanyikan lagu ciptaannya sendiri tetapi juga sejumlah pencipta lain.
Iwan yang juga sempat aktif di kegiatan olahraga, pernah meraih gelar Juara II Karate Tingkat Nasional, Juara IV Karate Tingkat Nasional 1989, sempat masuk pelatnas dan melatih karate di kampusnya, STP (Sekolah Tinggi Publisistik). Iwan juga sempat menjadi kolumnis di beberapa tabloid olah raga.
Kharisma seorang Iwan Fals sangat besar. Dia sangat dipuja oleh kaum 'akar rumput'. Kesederhanaannya menjadi panutan para penggemarnya yang tersebar diseluruh nusantara. Para penggemar fanatik Iwan Fals bahkan mendirikan sebuah yayasan pada tanggal 16 Agustus 1999 yang disebut Yayasan Orang IndonesiaOi. Yayasan ini mewadahi aktivitas para penggemar Iwan Fals. Hingga sekarang kantor cabang OI dapat ditemui setiap penjuru nusantara dan beberapa bahkan sampai ke manca negara. atau biasa dikenal dengan seruan
deliana © 2008 Template by:
SkinCorner